RSS

Gending Sriwijaya, tari penyambut nan tulus


Di kala ku merindukan keluhuran dahulu kala,
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya,
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia,
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala,
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru,
Tutur sabda Dharmapala Sakyakhirti Dharmakhirti,
Berkumandang dari puncaknya Seguntang Maha Meru,
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.
Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya,
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa,
Memahsyurkan Indonesia di tengah Asia,
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa,
Taman Sari beserta emas perak Sri Ksetra,
Dengarkanlah bualan bagai di Surga Indralaya,
Taman puji turunan Maharaja Syailendra,
Mendengarkan irama lagu Gending Sriwijaya.
(Lirik lagu Gending Sriwijaya)
Bumi Sriwijaya menyimpan banyak kebudayaan yang sangat bernilai. Apalagi kalo melirik kebudayaan seni yang ada, salah satunya yakni seni tari. Dan sebagai orang Palembang, tentunya kita harus tahu nih, apa saja sih budaya seni tari yang masih terjaga hingga kini. Salah satunya, yakni tari Gending Sriwijaya.
Tari Gending Sriwijaya, siapa yang gak kenal dengan budaya tari yang satu ini. Tarian ini dipertunjukkan untuk menyambut tamu istimewa pemerintahan, dibawakan oleh 9 penari yang mencerminkan Batanghari Sembilan. Menggunakan busana adat Aesan Gede, Selendang Mantri, Paksangkong, Dodot dan Tanggai, ke sembilan penari ini menari sesuai dengan alunan lagu yang khidmat.
Tari ini diciptakan untuk memenuhi permintaan dari pemerintah di era pendudukan Jepang. Nah, saat itu, Jepang meminta kepada Jawatan Penerangan (Hodohan) untuk menciptakan sebuah tarian guna menyambut tamu yang datang ke Keresidenan Palembang (sekarang menjadi Pemprov Sumsel).
Penata gerak tarinya yakni Tina Haji Gong dan Sukainan A Rozak. Mereka mencari berbagai konsep tari dan kemudian dikumpulkan dengan mengambil unsur-unsur tari adat Palembang yang sudah ada. Berproses sejak tahun 1943, dan tarian ini selesai di buat pada tahun 1944.
Musiknya, yakni diciptakan oleh komposer yang juga violis grup Bangsawan Bintang Berlian Palembang, A Dahlan Muhibat. Generasi penerus harus tahu nih, buat lagu Gending Sriwijaya gak mudah lho. Ia memadukan lagu Sriwijaya Jaya yang diciptakannya dengan konsep lagu Jepang, di tahun 1943.
Tari ini pertama kali di pertunjukkan di muka umum pertama kali pada tanggal 2 Agustus 1945 di halaman Masjid Agung Palembang. Saat itu, sedang diselenggarakan upacara penyambutan kedatangan M Syafei, Ketua Sumatora Tyuo In yang merupakan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera, dan Djamaluddin Adinegoro, Ketua Dewan Harian Sumatera. Sedangkan liriknya dibuat oleh Nungcik AR.
Makna dari tarian ini adalah menncerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira, bahagia dan tulus dalam meyambut tamu istimewa.
Meski hanya sementara, tarian ini sempat dibekukan lho, dan digantikan dengan tari Tepak Keraton. Kenapa ya? Alasannya, ternyata karena Nungcik AR si pembuat lirik lagu gending, disinyalir terlibat dalam lembaga kesenian rakyat dibawah naungan PKI.
“Waktu itu, ayah saya sempat memberikan saran kepada pemerintah, jangan hanya karena penciptanya terlibat organisasi terlarang, sehingga seni tari ini dibekukan. Kita tidak punya banyak budaya seni tari yang bisa diturunkan,” ujar Budayawan, Ali Hanafiah atau yang akrab disapa Pak Amin.
Dikawal Dua penari
Pertama kali dipertunjukkan di muka umum, tarian gak cuma di bawakan 9 penari lho. Ke sembilan penari ini di kawal oleh dua penari lagi, yang membawa payung dan tombak. Dan di belakang sembilan penari, berdiri penyanyi lagu Gending Sriwijaya, yang diiringi dengan sajian musik gamelan dan gong asli.
Tapi kini tarian ini sudah banyak mengalami perubahan. Penyanyi sudah di gantikan fungsinya dengan kaset saja, sedangkan pengawal penari sudah jarang dibawakan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar