RSS

Kepincut Cinta Tukang Ikan Asin

 Kepincut Cinta Tukang Ikan Asin
Fasya nelangsa. Ia duduk di pinggir pantai sendirian. Sesekali, Fasya mengusap air matanya. Fasya menundukkan kepala. Ia mengeluarkan hp dari kantong outer-nya. Wallpaper hpnya masih menggunakan foto Fasya bersama kekasihnya, Farel. Tangisnya bertambah deras. Ia merasa semakin nelangsa.
Benak Fasya masih mengingat dengan jelas peristiwa itu. Pertunangan Fasya dan Farel seminggu sebelumnya, gagal. Pesta pertunangan yang sejatinya berlangsung bahagia, tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran cewek yang mengaku selingkuhan Farel, bernama Nita. Nita menghentikan acara pertunangan, tepat disaat Farel akan memakaikan cincin tunangan di jari Fasya. Nita mengatakan, Farel dan dirinya sudah berpacaran sejak setahun belakangan, tanpa sepengetahuan  Fasya.
Fasya sangat terkejut mendengarnya. Ia langsung memutuskan untuk membatalkan pertunangannya. Farel berusaha untuk menjelaskan semuanya pada Fasya, namun Fasya sudah terlanjur kecewa dan malu. Papa Fasya yang memiliki riwayat penyakit jantung, langsung syok dan pingsan mendengar semua penjelasan dari Nita, yang mengatakan bahwa Farel sudah sering menginap di apartemen Nita. Papa Fasya langsung dilarikan ke rumah sakit. Tak lama, Papa Fasya menghembuskan nafas terakhirnya. Fasya sangat terpukul, begitupun dengan Mama Fasya. Kini, Fasya dan Mama hanya tinggal berdua.
Fasya masih sangat terpukul dan tidak bisa menerima takdir ini. Ia pamit kepada sang Mama untuk pergi sendirian ke pantai itu. Fasya ingin tenang.
Perlahan, Fasya berjalan menelusuri pasir pantai. Ia letakkan tasnya di pasir. Ia mendekatkan kakinya ke ombak yang membasahi pasir. Semakin lama, kakinya semakin basah, ia terus berjalan kedalam air laut. Fasya tak perduli. Air laut hampir menenggelamkan kepalanya.
Tiba-tiba ada sekelebat tangan merangkulnya dan berusaha memaksanya untuk mundur kembali. Ia terkejut. Cowok itu terus menarik Fasya sampai kembali ke pinggir pantai. Baju mereka basah kuyup. Cowok itu mengira, Fasya ingin bunuh diri. Fasya pun bingung. Pasalnya, Fasya hanya ingin berenang sebentar, untuk menentramkan pikirannya.
Cowok itu tak percaya. Ia mengatakan, kalau ingin berenang, mengapa tidak menggunakan baju renang. Dan terjadilah keributan. Fasya yang kesal langsung mendorong tubuh cowok itu, dan pulang ke penginapannya.
****
Esok hari, pagi-pagi Fasya berjalan menelusuri pantai itu lagi. Fasya ingin melihat sunrise. Ia memilih duduk di batu karang, untuk kemudian menyelonjorkan kakinya sehingga menyentuh ombak. Meski banyak tempat duduk di pinggir pantai, ia tak mau duduk disana.
Sunrise datang, Fasya seolah tak berkedip menatap keindahan alam itu. Tapi tiba-tiba ada suara yang mengejutkannya. Fasya pun menoleh, dan ternyata dia adalah cowok yang kemarin mengira ia mau bunuh diri. Fasya kesal. Ia mau pergi, namun cowok itu menghadangnya. Cowok itu memperkenalkan diri. Ia bernama Adin. Adin ingin meminta maaf kepada Fasya, atas kejadian kemarin. Fasya tertunduk. Ia juga meminta maaf, karena membuat orang berfikir bahwa ia ingin bunuh diri.
Pagi itu, menjadi pagi yang berkesan. Adin dan Fasya saling bercerita tentang laut. Adin menceritakan pekerjaannya sebagai nelayan di kampungnya di pinggir pantai itu. Sehari-hari, ia mendayung perahu ke tengah laut, untuk kemudian melempar jaring dan menangkap ikan.
Adin menanyakan, mengapa Fasya pergi ke pantai sendirian. Fasya yang masih merasa sangat sedih, memilih untuk tidak bercerita saat itu. Ia hanya mengatakan, laut bisa membuatnya tenang. Suara ombak adalah suara paling merdu di dunia. Dan Adin pun berpendapat demikian. Katanya, kalau kita ke pantai, dan menyapa Dewa Laut atau Neptunus, maka Neptunus akan memberikan ombak paling indah, agar kita bahagia melihatnya.
****
Adin kembali menemui Fasya. Ia ingin mengajak Fasya untuk ikut bersamanya, melaut demi menangkap ikan. Fasya pun senang. Keduanya segera berlayar, tak perduli dengan matahari yang mulai menampakkan panasnya. Ditengah laut, Adin melempar jaring. Fasya menikmati keindahan laut diatas perahu kecil itu. Namun, kelebat kesedihan membayangi tiba-tiba. Apalagi saat membayangi sosok sang almarhum Ayahnya yang meninggal secara tiba-tiba. Ia meneteskan air mata. Adin yang melihat tangis Fasya, terdiam. Ia menanyakan, mengapa Fasya tiba-tiba menangis.
Fasya pun dengan perlahan bercerita tentang semua yang ia alami. Adin diam mendengarkan semuanya. Lalu, Adin mengatakan. Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Dan semua yang terjadi hanyalah perantara takdir. Lihatlah lautan yang luas ini, ibaratkan ini isi dunia. Kita tidak akan pernah tahu, ombak besar ataukah kecil, yang akan menyentuh perahu mereka. Dan yang harus dilakukan adalah tetap berdoa agar diberi keselamatan. Fasya tersenyum. Ia mulai mengagumi sosok Adin yang bijak.
Dan sebagai tanda perkenalan kepada Dewa Neptunus, mereka membuat origami berbentuk kapal, dan menghanyutkannya ke laut biru.
Pulang dari tengah laut, Adin mengajak Fasya kerumahnya yang sederhana. Rumah yang Adin tempati bersama ayahnya, sedangkan sang ibu sudah lama meninggal dunia. Ayah Adin yang melihat kedatangan mereka, langsung menawarkan ikan asin buatan mereka. Fasya yang tidak pernah mencicipi ikan asin selama hidup, awalnya merasa agak takut. Namun, Adin meyakinkan bahwa ikan asin ini sangat enak, apalagi disajikan dengan nasi hangat.
Setelah mencicipi, Fasya ternyata menyukai rasanya. Ayah Adin pun membungkusi sekantong penuh ikan asin untuk dibawa pulang Fasya. Fasya bertanya, mengapa begitu banyak ikan asin yang mereka buat. Namun, Adin mengisyaratkan sesuatu, sehingga Ayah Adin tidak jadi menjawab pertanyaan Fasya. Lalu, Adin hanya menjawab, hanya kebetulan saja mereka membuat banyak ikan asin hari ini.
****
Sudah beberapa hari Fasya berlibur ke pantai. Ia masih enggan untuk pulang. Ia makin kerasan disana, apalagi sejak ia dan Adin dekat. Adin banyak bercerita tentang laut, dan kekayaan alam yang ada didalamnya. Fasya yang memang juga sangat menyukai laut biru, merasa nyambung dengan obrolan-obrolan mereka.
            Setiap hari ia makan di rumah Adin, ditemani Ayah Adin yang ternyata juga menyukai kehadiran Fasya. Ayah Adin beranggapan jika Adin sudah banyak berubah dengan kehadiran Fasya. Adin terlihat lebih bergembira, suka berceloteh, tidak seperti sebelumnya yang tertutup dan jarang bicara. Fasya pun sudah menyukai ikan asin, yang menurutnya sangat gurih dan mengundang nafsu makan.
            Namun ternyata, ada sesosok perempuan yang tidak menyukai kedekatan Fasya dan Adin. Dia adalah Yuna, tetangga Adin yang sudah sejak lama menyukai Adin, namun tidak pernah mendapat tanggapan dari Adin.
****
Saat Fasya dan Adin berjalan menyusuri pinggir pantai dimalam hari, tiba-tiba ada ponsel Fasya berbunyi. Ada telepon dari Mamanya. Beliau meminta Fasya untuk segera pulang esok hari, karena ada hal penting yang ingin dibicarakan. Fasya terhenyak. Ia masih ingin berada di pantai ini, dan masih ingin bersama Adin. Namun, Adin mengatakan, jika mereka berjodoh untuk dipertemukan lagi, maka Adin akan mengajak Fasya untuk melaut lagi bersamanya, dan akan menunjukkan suatu tempat yang indah di laut itu. Dan Fasya pun mengiyakan.
Esoknya, Fasya kembali kerumahnya. Tiba di rumah, Mama Fasya menyambut anaknya denganm pelukan. Lalu, beliau mengatakan, Fasya harus segera belajar di kantor almarhum ayahnya, agar bisa mengurus usaha Real Estate yang dimiliki sang ayah. Mama Fasya menerangkan, saat ini usaha Papanya dalam keadaan gonjang-ganjing, karena banyak menderita kerugian akibat ditipu rekan bisnis Papanya. Fasya menyanggupi permintaan sang Mama.
Adin kesepian ditinggal Fasya. Apalagi ia dan Fasya tidak bisa berkomunikasi, karena tidak saling bertukar nomor hp atau media social. Namun, Adin yakin, jika memang berjodoh, maka mereka akan bertemu kembali. Yuna mendatangi Adin yang sedang duduk sendirian di tepi pantai. Ia mengatakan, Adin tidak boleh menyukai wanita kota, karena orang kota sudah mengganggu ketenangan kampung mereka. Di wilayah kampung mereka akan didirikan penginapan dan hotel besar, agar wisatawan bisa lebih leluasa untuk berlibur. Sementara, warga kampung banyak yang tidak menyetujui pembangunan ini, karena dianggap akan berdampak buruk bagi perekonomian dan pendapatan kampung mereka.
****
Bekerja dikantor Papanya, Fasya mempelajari banyak hal. Mamanya ikut membantu pekerjaannya. Suatu hari, tiba-tiba Nita datang kekantor Papa Fasya, dan langsung masuk ke ruangannya. Fasya sangat terkejut. Ia meminta Nita untuk segera pergi. Namun, Nita membawa berkas-berkas penting yang membuat Fasya makin terkejut. Perusahaan Papa Fasya diambang kehancuran, karena rekan bisnis Papa yang menipunya ternyata adalah perusahaan milik Nita. Fasya berang, apalagi saat  Nita mengatakan, ia sengaja berbohong terkait hubungannya dengan Farel, untuk membuat Papa Fasya syok dan terkena serangan jantung, agar perusahaan saingannya itu kehilangan sosok pemimpin. Fasya tak terima. Ia sangat marah. Ia langsung memanggil satpam untuk mengusir Nita.
Suatu hari, Farel datang. Farel meminta Fasya untuk kembali padanya. Fasya yang sudah mendengar pengakuan Nita, akhirnya memaafkan Farel, dan mereka kembali berpacaran. Farel turut membantu Fasya mengelola perusahaan. Ia menjadi asisten Fasya. Semakin lama, keuangan perusahaan kembali membaik. Namun tidak dengan Fasya.
Hati Fasya telah terpaut kepada sosok Adin. Ya, ia selalu memikirkan. Semakin hari, Fasya semakin merindukan Adin, dan 3 bulan kemudian akhirnya Fasya berniat untuk kembali berlibur ke pantai, namun tanpa sepengetahuan Farel.
****
Fasya kembali ke pantai untuk menemui Adin. Adin langsung mengajaknya berlayar. Mereka berperahu ke tengah laut, namun Adin mengarahkan perahunya ke batu karang indah yang ada di bagian lain pantai itu. Perahu dilabuhkan dipinggir batu karang. Adin membantu Fasya untuk naik keatas. Dari atas puncak batu karang itu, Fasya bisa melihat laut yang lebih luas lagi. Ia memejamkan mata, dan menikmati tamparan angin laut yang begitu sejuk. Adin mengatakan, inilah tempat paling indah di pantai itu. Tempat yang selalu ia datangi jika ia merasa sedih. Fasya berterimakasih pada Adin yang sudah menepati janji untuk mengajaknya ke puncak batu karang itu.
Malam harinya, mereka menikmati ombak laut di pinggir pantai. Namun, tiba-tiba Farel muncul. Fasya tidak menyangka Farel menyusulnya. Farel mengatakan, malam itu juga Fasya harus pulang bersamanya. Farel menjelaskan kepada Adin, bahwa Farel dan Fasya akan segera menikah. Adin kecewa dan patah hati.
Di rumah, Farel memarahi Fasya. Ia mengancam akan memutuskan hubungan dan tidak akan membantu Fasya lagi di perusahaannya, jika Fasya masih berhubungan dengan Adin. Mama Fasya pun mengiayakan. Beliau juga turut melarang Fasya untuk kembali ke pantai itu.
Namun Fasya terlanjur mencintai Adin, begitupun sebaliknya. Dalam hati, Fasya berdoa, jika suatu saat nanti, ia dipertemukan satu kali lagi dengan Adin di belahan bumi manapun, maka Adin adalah jodohnya.
****
Siang itu, Fasya mengecek lokasi pembangunan hotel dan penginapan yang sedang dikerjakan perusahaannya. Perumahan itu ternyata dibangun di dekat kawasan pantai favorit Fasya. Pantai tempat ia dan Adin selalu bersama. Namun, ia yang berkunjung bersama Farel, tidak bisa berbuat apa-apa, padahal ia ingin sekali menemui Adin.
Baru beberapa saat berdiri di kawasan pembangunan hotel, tiba-tiba Fasya dan Farel dikejutkan dengan kedatangan puluhan warga dari kampung terdekat. Mereka menyampaikan keberatan, jika ada hotel dan penginapan baru yang akan dibangun di kawasan ini, karena menurut mereka, dengan adanya pembangunan ini, penginapan milik warga yang terbilang sederhana itu tidak akan disewa lagi oleh para wisatawan. Mereka pun mengancam akan merusak rencana pembangunan itu jika tidak segera dihentikan.
Tiba-tiba, Adin muncul. Ia menerangkan kepada warga, bahwa pembangunan ini malah akan berdampak kepada kemajuan kampungnya. Adin menyelamatkan Fasya dari protes warga. Namun Farel tidak suka. Setelah kerumunan warga bubar, ia mengatakan kepada Adin, untuk tidak mencampuri urusan mereka.
Fasya bertanya mengapa Adin bisa ada di kawasan pembangunan hotel ini. Yuna menyusul Adin, langsung mendekati mereka. Fasya yang bertemu pandang dengan Yuna merasa heran, dan penasaran siapa Yuna, yang tiba-tiba langsung merangkul tangan Adin.
Belum sempat Adin menjawab, Farel datang dan langsung menarik Fasya masuk ke dalam mobil. Fasya tidak mau, tapi Farel terus memaksanya. Fasya menangis sepanjang perjalanan pulang. Ia teringat doa yang pernah ia ucapkan. Mungkinkah Adin jodohnya? Tapi siapa wanita itu?
****
Adin marah kepada Yuna, yang tiba-tiba merangkulnya begitu saja di hadapan Fasya. Ia mengatakan, bahwa Yuna tidak bisa memaksakan cinta seseorang. Yuna menangis.
****
Fasya tidak bisa berbuat apa-apa. Mama Fasya dengan tegas melarangnya, dan segera mempersiapkan pernikahan antara Fasya dan Farel. Orangtua Farel dan Mama Fasya sudah melakukan pertemuan keluarga, dan memutuskan untuk menikahkan keduanya satu bulan lagi.
Fasya sedih. Pikirannya tidak fokus untuk bekerja. Sore itu ia berniat untuk melepas penat ke cafe sendirian. Lewat didepan pintu ruangan Farel yang tak jauh dari ruangannya, ia mendengar suara percakapan dari telepon. Terdengar suara Farel berkata, jika ia sudah menikahi Fasya, maka ia akan langsung mengambil alih perusahaan Papa Fasya ini, dan akan menceraikannya untuk kemudian menikahi orang yang sedang berbicara dengannya. Fasya terkejut bukan kepalang. Namun, ia segera bersembunyi saat Farel menutup telepon dan keluar ruangan.
Diam-diam, Fasya mengikuti mobil Farel, menuju ke sebuah cafe. Tanpa sepengetahuan Farel, Fasya membuntutinya hingga masuk ke dalam cafe. Dan ternyata Farel hendak menemui Nita. Alangkah terkejutnya Fasya melihat semua ini. Dengan menahan tangis, ia berdiri dihadapan Nita dan Farel yang sedang berpegangan tangan mesra. Mereka tidak menyangka akan ketahuan oleh Fasya. Dengan tegas Fasya memutuskan hubungan dengan Farel saat itu juga. Fasya tidak pernah menyangka, bahwa Farel dan Nita bersekongkol untuk merebut perusahaan Papanya dengan cara licik.
Dengan membawa hati yang hancur, Fasya pulang kerumah, dan segera berkemas membawa beberapa bajunya. Ia ingin pergi menemui Adin.
****
Adin duduk di tepi pantai, menunggu kedatangan Fasya. Yuna mendekati Adin. Ia meminta maaf atas tindakannya waktu itu. Ia mengatakan, ia sudah merelakan Adin untuk Fasya.
Fasya dating ke pantai, namun ia melihat kebersamaan Adin dan Yuna di tepi pantai itu. Ia kecewa. Namun Adin melihatnya. Fasya berbalik dan lari, namun Adin dengan sigap mencegahnya. Pandangan mereka bertemu, dan Adin langsung memeluknya erat. Adin mengatakan, Yuna sudah menyesal dengan perbuatannya yang seolah ingin membuat Fasya cemburu. Ia ingin jujur pada Fasya, bahwa ia tidak mencintai Yuna. Ia hanya mencintai Fasya.
Adin menanyakan, bagaimana hubungannya dengan Farel. Dan Fasya pun menjelaskan semuanya, termasuk perasaan cintanya ke Adin.
Mama Fasya ternyata menyusul Fasya ke pantai. Mamanya merangkul Fasya, dan mengatakan sudah membatalkan rencana pernikahan Fasya dan Farel. Farel pun berterimakasih pada sang Mama. Yuna menyusul mereka, dan mengatakan jika memang benar Adin sangat mencintai Fasya, bukan dirinya.
Lalu, Fasya bertanya, apakah Mamanya merestui hubungannya dengan Adin. Mama Fasya menyetujui, namun ia ingin tahu siapa dan apa pekerjaan Adin.
Ternyata, Adin adalah seorang sarjana perikanan kelautan, dan membuka pabrik ikan asin, salai, dan ikan olahan lainnya di kawasan dekat pembangunan hotel yang dibangun perusahaan Fasya. Ia mengelola pabrik tersebut dan mempekerjakan orang-orang disekitar kawasan pantai, sehingga membuka lapangan kerja baru. Ia merangkul para nelayan disana untuk mendapatkan uang lebih, selain menjual ikan segar kepada pedagang pasar di kota. Ia adalah seorang pengusaha sukses, tanpa Fasya ketahui sebelumnya.
Kini, Nita dan Farel sudah ditangkap polisi dengan tuduhan penipuan. Adin melamar Fasya. Ia mewujudkan impian Fasya, menikah dengan sederhana di pinggir pantai. Ijab qobul diiringi suara ombak, dengan mas kawin sekilo ikan asin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0