RSS

Dongeng Tiga Malam

Ini bukan tentang cinta yang sudah mati. Bukan pula tentang rintik hujan yang menaungi malam ini. Ini tentang realitas dalam cerita dongeng.

Bersama bayangmu, aku ingin selamanya hidup dalam cerita dongeng yang kubuat sendiri. Dongeng tiga malam. Tentang kita. Maaf, Salah. Tentang aku dan kamu yang tak akan pernah menjadi kita. Tentang rasa yang pernah ada, namun kini hanya terapung di lautan.

Mungkin, dahulu, rasa ini seindah sunrise dibalik gunung di kejauhan. Memancarkan siluet biru dan merah secara bersamaan. Sunrise yang mencintai pagiku dan kamu. Rasa ini juga tak kalah indah dengan sunset yang selalu dirindukan sore hari aku dan kamu. Dan aku, kamu, sama-sama mencintai sunset yang ditemani suara ombak.

Aku mencintaimu hingga lelah. Merindukanmu hingga sebanyak langit memuntahkan hujannya. Deras, membunuh kesunyian malam. Memerdulikanmu meski dunia sudah jujur berkata bahwa aku tidak dihidupkan untukmu. Lantas, untuk apa kau datang?

Bosan aku berdiri dibalik tirai penantian. Menunggumu untuk sekedar menyapa dengan mata elang. Aku tak tahu, untuk apa cinta ini tersusun rapi, jika kau hanya sekejap datang bak angin berhembus tanggung. Dan setelah sekian lama, sadarku menjawab. Hanya bayangmu yang tersisa di sini. Di cerita dongeng yang baru saja kuukir mesra.

Meski hanya bayangmu yang nyata, aku ingin selamanya berada dalam dongeng ini. Karena hanya di negeri dongengku, rasa bersamamu akan terus hidup. Selamanya. Dongeng tiga malam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0