RSS

KENANGAN BIRU

Hai.. Perasaan baru kemaren punya ini blog.. Emang sik, bukan blog pertama. Tapi kalo tak pikir-pikir, enakan di blog ini. Blog lama isinya tulisan patah hati semua 😂😂😂😂

Kai ini, mau tulis seputar kenangan aja.. Kenangan 4 tahun lebih jadi seorang jurnalis dan reporter. Dari Tabloid Monica, ke Sriwijaya Radio..

Dulu, menulis dengan gaya tabloid terbilang sudah jadi passion-ku. Alur lambat, dengan banyak basa-basi di awal cerita. Menggebu ditengah cerita, dan mengalir datar diujungnya. Ya, 3 tahun kuhabiskan waktuku bergumul dengan banyak kisah inspiratif, dalam mengisi halaman 'Kisah Nyata'.

Kuingat, ada satu ceritaku yg mengupas tentang salah satu penghuni lapas wanita. Mak Linggis, begitu ia disapa. Karena ia membunuh sang suami dengan linggis 😣😣😣 Alasannya, selama 39 tahun mereka menikah, selama itu pula ia mendapat perlakuan KDRT oleh suaminya. Dan puncaknya, ia marah karena tak tahan lagib terus disiksa, dan memukul serta membelah kepala suaminya dengan linggis, dan.. dan... dan saya pun bergidik ngeri krn wawancara dengan beliau itu sendirian 😱😱😱

Cerita lain, saat aku mewawancarai salah seorang pelukis muda berbakat, Eliza Dewi, kala ia membuka pameran lukisan perdananya. Sekilas, kulihat lukisannya tak beraturan. Tak ada yg menarik, menurutku. Namun, saat berbincang dengannya, aku merasa bodoh krn memang tak mengerti lukisan 😞😞😞 lukisan dua wanita dengan satu kepala utuh dan satunya dibalik dinding, menggambarkan dirinya yang takut jika dimarahi orangtua. Lucu, tapi bener itu 😁😁

Sungguh, perjalanan ini sangat mengesankan. Namun, adanya kegagalan besar itu, membuat semangatku hilang. Aku memilih berhenti dan pergi sejenak, meninggalkan tanah kelahiran. Tanpa pikir panjang, dengan harapan bisa membuang semua kesakitan dan airmata, dilaut biru.

Pulang dari pulau impian, aku kembali memasuki dunia jurnalis. Reporter radio.

Lebih asyik ternyata, awalnya. Meski seingatku 3 kali masuk UGD krn maag kronis yg kambuh, tapi kenangan2 terbaik tetap ada diperjalanan ini.

Jurnalis dengan berita harian, aku dituntut harus mengejar waktu (padahal pengennya sikk ngejar kamu *eh 😂😂).

Meliput kebakaran, aku harus rela untuk berpanas ria, seperti kebakaran di 3-4 ulu, 36 ilir, di parameswara sepanjang tahun lalu. Kisah inspiratif, aku terpaksa naik mobil pemadam kebakaran dilokasi kejadian, untuk bisa mengambil video dan foto  karena lokasi yang berada ditengah pemukiman padat penduduk. Kubilang kisah inspiratif, karena sejak itu aku sadar, aku harus tahu cara naik dan turun dari mobil pemadam, bukannya cuma bisa naik tapi tak bisa turun 😨😨😨alhasil, aku harus merepotkan temen2 jurnalis lain untuk membantuku turun *malupisan 😔😔😔

Satu lagi cerita 'ngenes' lainnya, saat aq meliput pembongkaran kios tak bersertifikat di pasar 10 ulu. Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan eskavator. Aku yg memang fokus meliput, mengambil video dan foto, tak sadar kalau sudah berada diantara kerumunan pemilik kios yang menghadang eskavator. Suasana ricuh, dan aku berada diantara kericuhan itu 😱😱😱 dan pada akhirnya, pasukan Pol PP menyelamatkanku dengan menaikkanku ke atas eskavator 😅😅😅

Sungguh, begitu banyak kisah yang tercipta. Begitu banyak cerita, yang bisa kubagi kesemua orang.

Pada akhirnya, pekerjaan ini mengantarkanku pada keletihan 😢😢 fisik yg memang tidak terlalu kuat, dibombardir dengan deadline berita, membuatku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi 😐😐😐 Keluar masuk UGD, itu kuanggap sudah biasa. Tapi puncaknya,  saat aku mengalami kecelakaan dijalan raya, akibat mengantuk tetapi sedang mengejar deadline.

Muka rusak krn lebam. Hidung tak seberapa ini ikut jadi korban, goresan merah tercipta diatas tulang rawan. Dada terhempas stang motor yang beradu kambing dengan buntut mobil. Tangan dan kaki yang lecet2, melengkapi penderitaan.

Baru kusadari, aku keletihan. Fisikku semakin melemah krn terus2an diforsir.

4 Januari 2016, setahun lebih jadi reporter, dengan berat hati kulepaskan.. Aku pahami, pilihan ini sulit. Krn aq sangat mencintai pekerjaanku.. Namun, ada orang yang lebih mencintaiku. Ya, keluarga lebih berarti dari sekedar mengejar deadline.

Bagiku, kenangan ini menjadi kenangan biru dalam catatan hidup. Jika orang bertanya, bagaimana cita-citamu, aku dengan santai bisa menjawab, "Sudah kugapai 😊😊😊".

Sejak kecil impianku jauh dari orang2 lainnya yang dominan pingin jadi dokter, arsitek, dll. Nurul kecil selalu bercita2 menjadi seorang wartawan, karena hobi membaca koran yg dibeli almarhum Papa. Nurul kecil berfikir, akan sangat membanggakan jika bisa meliput Papa yang berhasil menangkap penjahat!

Goodbye my adventure...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar