Seputarsumsel.com, Palembang - Siapa yang gak kenal keindahan Pulau Kemaro?. Pulau Kemaro sudah menjadi daya tarik wisata warga Palembang dan wisatawan luar. Selain adanya perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan disini, Pulau Kemaro memang sudah menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Palembang, karena hanya berjarak 6 km dari Jembatan Ampera.
Pastinya kalian sudah tahu megahnya pagoda berlantai 9 di pulau ini, ya guys. Pagoda yang selesai dibangun pada 2006 lalu inilah yang paling sering menjadi objek foto, disamping Klenteng Soei Goeat Kiong atau lebih dikenal Klenteng Kuan Im yang lebih dulu dibangun pada tahun 1962.
Wisatawan yang berkunjung ke pulau ini, pasti tidak akan melewatkan momen berfoto dengan background pagoda ini. Selain bisa berfoto menggunakan smartphone kita sendiri, ternyata disinj juga ada juru fotony, loh.
Seputarsumsel.com berkesempatan membincangi salah satu juru foto yang memang 'mangkal' tepat di depan pagoda, yakni Pak Syamsurizal.
Lelaki paruh baya berusia 72 tahun ini, sudah melakoni profesi sebagai juru foto sejak tahun 1978 silam. Tentu saja, ia sudah memegang kamera sejak masa kamera analog yang menggunakan roll film masih berjaya.
"Dulu, saya mangkal di kawasan Jembatan Ampera. Masa-masa dulu masih banyak sekali yang memakai jasa saya," ucapnya mengenang masa lampau.
Turunkan Harga Karena Majunya Teknologi
Namun, perubahan zaman memaksanya untuk tak lagi bisa bertahan di kawasan Jembatan Ampera. Sejak bawah Jembatan Ampera mulai diperindah, dan para penjual tak bisa lagi membuka lapak dilokasi ini, perlahan jasa Pak Rizal kian tenggelam.
"Apalagi saat ini Benteng Kuto Besak juga sudah 'kosong', apalagi yang bisa saya lakukan disana," paparnya.
Selain lokasi, teknologi yang semakin maju, juga membuat jasa juru foto juga kian terpuruk.
"Sekarang ini, kan, tiap orang sudah punya hp dengan kamera yang bagus. Sulit kalau saya masih bertahan disana," ungkapnya parau.
Alhasil, saat pembangunan pagoda sudah selesai pada tahun 2006, Pak Rizal langsung mengambil langkah dengan berpindah lokasi ke Pulau Kemaro ini. Meskipun dia tahu, ongkos ke pulau ini tidaklah murah, toh tetap saja ia tak punya banyak pilihan.
Setidaknya, setiap hari ia bisa menghabiskan ongkos lebih dari Rp 30 ribu. Bayangkan saja, ongkos pulang-pergi menggunakan perahu ketek dari dan ke Pulau Kemaro Rp 20 ribu, belum lagi ongkos dari rumahnya ke dermaga intirub, dan makan selama di pulau.
Saat ini, jasa foto langsung cetak miliknya hanya dihargai Rp 10 ribu per satu kali foto. Harga ini ternyata lebih murah dari tarifnya di tahun-tahun sebelumnya.
"Tarif mahal gak dipake orang, karena wisatawan sudah punya kamera sendiri. Jadi saya dan teman-teman yang setiap hari disini mengubah harga, supaya gak kehilangan mata pencaharian," ujarnya.
Bapak delapan anak yang kini tinggal di Boom Baru ini berharap, jasa foto seperti dirinya masih bisa menghasilkan rupiah, meski tak lagi seperti dulu.
"Kalo lagi sepi, kadang gak sampe sepuluh orang yang mau difoto. Tapi kalo ada acara keagamaan terutama Imlek dan Cap Go Meh, rejeki ada saja. Pernah sampai 200 foto bisa saya jual," tuturnya.
Kini, di usia senja, Pak Rizal masih menggantungkan kamera DSLR di lehernya, ditemani print photo ukuran mini yang selalu ia bawa ke Pulau Kemaro. Baginya, pulau ini bukan sekedar pulau wisata, tetapi juga menjadi pulau rejeki bagi ia dan keluarganya. (Nurul/17)
0 komentar:
Posting Komentar